Dalam pergumulan dan perjalanan hidup ini kita sering mendengar atau bahkan kita pernah menuntut suatu keadilan. Keadilan menurut pemahaman kita adalah sama rata dan sama rasa. Orang lain tidak boleh melebihi diri saya baik dari segi kemampuan, kedudukan maupun harta kekayaan. Bila terjadi seperti ini maka akan muncul, iri hati, cemburu, ketidakpuasan, bahkan saling menjatuhkan satu sama lain dll. Ketika saya masih menjalankan proses pembinaan sebagai calon imam di sinaksak saya merasa iri, cemburu melihat kemampuan dan bakat yang dimiliki oleh teman-temanku. Misalnya dalam hal belajar: saya sudah berjam-jam belajar tetapi belum juga mengerti apa yang saya baca. Tetapi temanku hanya setengah jam bisa menguasai satu mata pelajaran. Dalam situasi seperti itu saya terkadang menuntut kepada Tuhan mengapa Tuhan tidak adil dalam hal penciptaan.
Dunia dewasa ini kita sering mendengar orang berdemonstrasi untuk menuntut keadilan misalnya: menuntut upah dinaikan, menuntut agar para koruptor dipenjarakan, menuntut bom bali dihukum mati dll. Tuntutan itu bertujuan agar semua orang merasakan keadilan, kedamaian, ketenangan, ketentaraman dan kesejahteraan. Akan tetapi terkadng tuntuttan itu sia-sia belaka karena orang bisa mempermainkan hukum. Hokum bisa diperjual-belikan demi suatu tujuan yang tidak halal. Orang yang kalah bisa menjadi menang dan orang menang bisa menjadi kalah. Itulah hokum di negeri kita.
Lalu bagaimanakah keadilan yang ditawarkan Allah kepada manusia? Dalam Injil Mat hari ini diceritakan bahwa pagi-pagi benar seorang pemilik kebun anggur menawarkan pekerjaan dengan upah sedinar sehari. Upah sedinar memamng lazim bagi pekerja harian waktu itu. Tentu saja para pencari kerja menerima upah yang diberikan majikannya. Sang empunya kebun itu kemudian juga mengajak orang yang belum mendapat pekerjaan pada pukul sembilan, duabelas, jam tiga bahkan sampai pukul lima sore. Hanya persoalannya begini. Tiap pekerja entah yang datang satu jam, sebelum tutup hari atau yang mulai pagi-pagi mendapat upah yang sama yaitu satu dinar. Maka yang datang pagi tidak puas kok upahnya sama dengan yang bekerja satu jam saja. Bagi pekerja yang masuk pagi merasa bahawa mereka tidak diperlakukan tidak adil.
Pemilik kebun menegaskan, bukannya ia berlaku adil. Kan tadi sudah saling sepakat mengenai upah sedinar. Ia merasa bebas dan merdeka untuk memberi upah sedinar juga kepada yang datang belakangan. Jawaban ini menukas rasa iri hati orang yang melihat bahwa Allah bermurah hati kepada orang lain. Sebenarnya kata-kata ini bukan hanya ditujukan kepada pekerja yang protes melainkan kepada siapa saja yang membaca dan mendengar perumpamaan ini.
Perumpamaan ini kerap menjadi sandungan bagi rasa keadilan baik pada zaman dahulu maupun sekarang. Tidak perlu kita poles permasalahannya. Justru perumpamaan ini dimaksud untuk membuat kita semakin mencermati anggapan kita sendiri mengenai keadilan. Kita diajak menyadari bahwa keadilan tak bisa ditafsirkan secara sepihak tanpa merugikan pihak lain. Dan pihak lain disini adalah orang-orang yang baru mendapat pekerjaan setelah hari hampir lewat. Para pekerja yang mendapat upah terlalu sedikit sisi yang lebih mendasar dari keadilan yakni kesempatan yang sama bagi semua orang untuk mendapat nafkah. Orang yang tak puas itu sebenarnya beruntung karena langsung mendapat pekerjaan tanpa perlu menunggu. Upah yang dijanjikan juga jelas dan wajar. Sudah terjamin. Tetapi ada banyak orang yang tak seberuntung mereka. Ada yang masih menganggur sampai siang dan bahkan sampai sore hari karena tak ada yang memberi pekerjaan. Dari mana mereka akan mendapat nafkah untuk hari itu? Apa mereka harus melewatkan malam hari dengan perut kosong? Tentu rasa keadilan akan muncul saat seperti ini.
Sering terdengar dalam hidup kita perkataan ini: urusan mereka sendirilah bila mereka tidak berhasil mendapat nafkah penyambung hidup. Tetapi hidup dalam kerajaan surga tidaklah demikian. Disitu tersedia kesempatan yang sama baiknya bagi siapa saja. Inilah yang dalam perumpamaan tadi digambarkan dengan tindakan pemilik kebun anggur. Ia keluar menawarkan pekerjaan bagi mereka yang kedapatan masih menganggur pada jam sembilan, tengah hari, jam tiga sore, dan bahkan sejam sebelum waktu kerja usai. Mereka yang menunggu rejeki tidak ditinggalkan sendirian. Inilah keadilan yang diberlakukan dalam Kerajaan surga.
Dengan perumpamaan ini Yesus mengajak kita untuk menyadari bahwa Kerajaan Surga itu berkembang karena kemurahan dan kebaikan hati Allah dan bukan dengan prinsip ganjaran bagi perbuatan di bumi. Allah sungguh bermurah hati sehingga tak seorangpun mengetahui rancangan dan rencana Allah dalam diri dan hidup manusia. Sebagaimana dikatakan dalam bacaan pertama rancanganku bukanlah rancanganmu Pahala yang kita peroleh merupakan berkat kasih karunia Allah semata-mata dan bukan karena jasa-jasa kita.
Dihadapan Allah, kita tak perlu membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain, baik dari segi kemampuan, kedudukan, harta kekayaan dll. Kita juga tak usah iri hati bila kita melihat Tuhan baik dan murah hati terhadap orang lain. Sikap kita dihadapan Allah ialah sikap syukur dan trima kasih serta menerima segala kebaikan Tuhan dengan tangan terbuka sambil kita sendiri juga bermurah hati terhadap orang lain.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar