Hampir delapan bulan saya menjalani kehidupan di Seminari Menengah Christus Sacerdos Pematang Siantar sebagai calon Diakon untuk Keuskupan Agung Medan. Berkaitan dengan itu maka pada kesempatan ini saya ingin mencoba melihat dan merenungkan kembali perjalanan hidup panggilanku. Permenungan ini berdasarkan pengalaman yang saya peroleh selama ini teristimewa selama tinggal di Seminari Menegah Christus Sacerdos Pematangsiantar. Pengalaman akan panggilan ini saya coba tuangkan dalam bentuk refleksi yang singkat ini.
Setelah menyelesaikan pendidikan di STFT St. Yohanes Sinaksak pada bulan Juli 2006 yang lalu, saya mulai memasuki tahap baru dalam perjalanan hidup panggilanku. Saya ditempatkan di Seminari Menengah Christus Sacerdos Pematangsiantar pada tanggal 13 Juli 2006 sebagai calon Diakon (Pra-Diakon). Penempatan ini dikukuhkan kembali berdasarkan surat keputusan yang dikeluarkan oleh Bapak Uskup Agung Medan tertanggal 21 Juli 2006. Pada awalnya, saya sangat berat menerima penempatan ini sebagai calon Diakon di Seminari Menengah Christus Sacerdos. Keberatan saya ini berdasarkan keberadaan diri saya yang kurang siap berhadapan dengan anak-anak seminaris. Akan tetapi setelah saya berada di seminari saya merasa senang dan gembira karena banyak pengalaman yang bisa saya timba dari pergumulan hidup bersama dengan anak seminari.
Selama kurang lebih delapan bulan saya tinggal di Seminari Menengah ini. Banyak pengalaman yang kuperoleh baik dari para pastor, para suster, karyawan-karyawati maupun anak seminaris. Saya banyak belajar dari para pastor terutama kesetiaan, kesabaran dan keuletan mereka dalam membimbing dan mendidik anak seminaris. Aku merasa mereka adalah “bapakku” yang perlu kucontohi dan kutiru dalam membimbing anak-anaknya. Di komunitas ini aku merasa nyaman, betah dan kerasan. Semua ini karena ada perhatian, dukungan dan dorongan mereka untuk cita-cita dan panggilan hidupku. Meskipun aku masih calon Diakon tetapi saya merasa kami adalah saudara sepanggilan. Saya sungguh menghormati, menghargai mereka sebagaimana layaknya seorang Bapa.
Selain para pastor, di seminari juga ada suster dan karyawan/i. Kehadiran mereka perlu diperhitungkan dalam proses pembinaan dan formatio para seminaris. Meskipun mereka hanya bekerja di dapur tetapi mereka telah ambil bagian dalam seluruh proses pembinaan di seminari. Sebagai calon Diakon saya juga belajar banyak dari kehidupan mereka. Mereka dengan lemah lembut, sederhana dan setia menjalankan tugas mereka di dapur. Inilah yang memotivasi saya dalam meniti panggilan ini agar aku juga dengan lemah lembut, terbuka, sederhana dan setia melayani orang lain. Aku sadar bahwa aku belum memberikan diriku seutuhnya untuk tugas dan pelayanan sebagaimana layaknya seorang Diakon atau seorang Imam.
Hal yang paling penting adalah para seminaris. Anak seminari boleh dikatakan anak yang terpilih dari sekolah-sekolah asal mereka karena diseleksi dengan ketat pada saat masuk seminari. Karena itu tidak heran kalau pengetahuan mereka lebih banyak dari para Pembina dan staf di seminari. Saya sebagai calon Diakon juga banyak belajar dari kehidupan mereka. Mereka sungguh memberikan diri untuk kehidupan seminari misalnya membersihkan taman, bekerja di kebun, bekerja di kandang babi, beternak ayam dan itik dan masih banyak yang perlu mereka kerjakan. Kehadiranku selain sebagai guru yang mengajar agama dan Kitab Suci juga sebagai teman dan pendamping dalam usaha dan perjuangan hidup mereka setiap hari.
Saya menyadari bahwa untuk menjadi Diakon harus melalui suatu proses dan persiapan yang panjang dan matang. Karena itu dari hati yang tulus saya mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak Keuskupan yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mempersiapkan diri secara lebih matang dan dewasa. Saya sungguh merasakan bahwa pihak Keuskupan telah banyak membantu saya terutama dalam proses pematangan dan pendewasaan diri saya. Selain itu saya juga mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak terutama para staf di Seminari Menengah yang telah membantu dan mendukung saya dalam berbagai hal. Berbagai kegiatan dan situasi di Seminari ini saya rasakan sebagai rahmat yang besar bagi diriku dan panggilanku. Mudah-mudahan pengalaman kebersamaan dan persaudaraan baik dengan para pastor, para guru, para suster, para seminaris dan karyawan/i menjadi modal dan bekal perjalanan hidup panggilanku sebagai seorang calon Diakon dan Imam kelak di Keuskupan Agung Medan ini.
Bila kutelusuri secara mendalam ternyata banyak pengalaman yang bisa kutimba dari kehidupan bersama di Seminari Menengah ini. Pengalaman kebersamaan dan persaudaraan di seminari membantu saya untuk lebih memahami makna panggilan seorang imam. Bahwa menjadi imam bukan hanya berkarya di Paroki tetapi juga di bidang kategorial seperti mendidik dan membina para calon imam. Motivasi panggilan untuk menjadi seorang imam sejak SD, kini semakin diperdalam melalui pengalaman hidup bersama di seminari baik dengan para pastor, suster, guru seminari, para seminaris maupun karyawan/i. Sejak awal panggilan, saya ingin menjadi imam Diosesan yang bisa melayani umat di Paroki. Saya ingin melayani dan hidup bersama dan dekat dengan umat di Paroki, khususnya di wilayah Keuskupan Agung Medan ini.
Meskipun saya tidak berkarya di Paroki namun saya tetap menghayati hidup sebagai mana layaknya tinggal di Paroki. Seminari Menengah adalah juga “Paroki” yang perlu dilayani. Untuk itu selama masa pra-Diakon ini saya telah mencoba untuk belajar memahami dan mengenal situasi Seminari Menengah ini. Pemahaman dan pengenalan akan situasi Seminari ini memperkuat serentak memperteguh panggilan saya untuk menjadi seorang imam yang nantinya akan berkarya di tengah umat. Keinginan ini ternyata didukung oleh kenyataan yang ada di tengah umat. Jumlah imam yang masih sangat kurang saat ini menuntut saya untuk menjadi seorang imam. Untuk bisa menjadi seorang imam tentu terlebih dahulu ditahbiskan menjadi seorang Diakon.
Demikianlah refleksi pengalaman saya selama menjalankan masa pra-Diakon di Seminari Menengah ini. Semoga refleksi ini dapat membantu saya untuk lebih menghayati panggilan saya sebagai calon imam dan juga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan Bapak Uskup untuk mentahbiskan saya menjadi Diakon yang mengarah kepada tahbisan imam.
Rabu, 26 November 2008
MARIA, PILIHAN ALLAH BAPA
Hari ini merupakan hari yang kedua devosi kita kepada bunda Maria. Tema permenungan kita pada hari ini adalah Maria, pilihan Allah Bapa. Sama halnya dengan panggilan St. Paulus yang kita rayakan 2000 tahun kelahirannya pada hari ini, Bunda Maria juga dipanggil dan dipilih oleh Allah Bapa sejak dari awal mula. Kedua sosok tokoh ini dipilih dari antara sekian banyak manusia saat itu. Mereka sama seperti kita manusia pada umumnya. Hanya mungkin cara dan situasi mereka dipanggil Allah berbeda-beda. Yang kita soroti pada devosi hari kedua ini adalah Maria sebagai pilihan Allah Bapa.
Maria merupakan manusia seperti kita. Ia mempunyai orangtua yang berasal dari kampung Nasasreth. Punya saudara dan hidupnya sangat sederhana dan sangat miskin. Dan ia juga taat pada agama leluhurnya yaitu agama Yahudi. Maria menjadi orang yang istimewa dihadapan Allah bukan karena ketenarannya, kedudukannya, pangkat yang disandangnya tetapi karena kesederhanaannya, ketatannya, kepasrahanya kepada kehendak dan penyertaan Allah sendiri.
Karena kesederhanaanya ini Bunda Maria dipilih Allah untuk menjadi ibu Putera Allah. Allah telah memilih sejak kekal seorang puteri Israel, seorang putri Yahudi yang berasal dari nasareth di Galilea, seorang perawan yang bertunangan dengan seorang Bernama Yusuf dari keluarga Daud. Panggilan Maria untuk menjadi Bunda Puteranya dikehendaki oleh Allah Bapa sendiri dan pilihan itu pasti dan tanpa ada keraguan dan kebimbangan di dalamnya, “tak ada yang mustahil bagi Allah”
Bila kita menelusuri sejarah keselamatan manusia, dalam perjanjian Lama panggilan maria sudah dipersiapkan oleh perutusan wanita-wanita saleh. Kendati ketidaktaatannya, sejak awal sudah dijanjikan kepada Hawa bahwa ia akan mendapat keturunan yang akan mengalahkan yang jahat dan akan menjadi ibu semua orang hidup. Berdasarkan janji ini, Sara istri Abraham mendapat seorang Putera kendati usianya sudah lanjut. Semua peristiwa ini sangat bertentangan dengan harapan, impian dan cita-cita manusiawi. Allah memilih apa yang bodoh, lemah, miskin dan sederhana bagi dunia supaya menunjukan bahwa ia setia pada janji-Nya misalnya hanna, Ibu Samuel, Debora, Rut, Yudit dan Ester demikian pula banyak wanita yang lain lagi. Akan tetapi Maria adalah “yang unggul ditengah umat Tuhan yang rendah dan miskin, yang penuh kepercayaan mendambakan serta menerima keselamatan dari Allah Bapa sendiri.
Maria dipanggil dan dipilih menjadi Bunda Penebus, “maka ia dianugerahi karunia-karunia yang layak untuk tugas yang luhur, agung dan mulia ini. Ketika malaikat gabriel menyampaikan kabar sukacita kepada Maria, ia menyapa Maria sebagai “penuh rahmat” supaya dapat memberikan persetujuan imannya kepada panggilannya, ia harus dipenuhi seluruhnya oleh rahmat Allah. Bunda Maria juga dikarunia cahaya kekudusan yang istimewa pada saat pertama ia membuahi Puteranya didalam rahimnya. Ia ditebus secara lebih unggul, lebih dari pribadi tercipta yang manapun. Bapa “memberkati Maria dengan segala berkat Roh-Nya oleh persekutuan dengan Kristus di dalam surga”. Allah telah memilih Maria sebelum dunia dijadikan, supaya ia kudus dan tidak bercacat dihadapanNya.
Atas pengumuman dan pemberitahuan bahwa maria, oleh Roh Kudus akan melahirkan, Putera Yang maha tinggi” tanpa melakukan hubungan suami istri, Maria dengan penuh iman menjawab, “Aku ini hamba Tuhan, jadilah padaku menurut perkataanmu”, dengan memberikan persetujuannya kepada Sabda Allah, Maria menjadi bunda Yesus. Dengan segenap hati dan budi, maria menerima kehendak Allah yang menyelamatkan, tanpa dihalangi satu dosapun, dan menyerahkan diri seluruhnya sebagai abdi Tuhan kepada pribadi dan karya putranya. Di bawah Dia dan bersama Dia, dengan rahmat Allah yang mahakuasa, ia melayani misteri penebusan.
Akhirnya seluruh perjalanan hidup Maria selalu didasari oleh mottonya yaitu, “terjadilah padaku menurut perkataan-mu”. Maria pasrah dan menyerahkan semuanya pada rencana Allah. Seluruh hidup maria, sejak berita malaikat itu, peristiwa kelahiran puteranya sampai kepada hari kelabu dibukit golgota, merupakan suatu perjalanan hidup yang panjang dan sering pahit, namun Maria hanya menyimpan semuanya itu di dalam hati sanubarinya.
Dari permenungan ini apa yang bisa kita ambil sebagai pegangan dalam perjalanan hidup kita setiap hari: Pertama: Maria taat dan setia pada panggilan dan pilihan Allah Bapa untuk menjadi bunda penebus umat manusia. Berkat kesetiaan dan ketaatannya Maria sanggup menjalankan tugas yang diserahkan Allah kepadanya dengan penuh tanggung jawab. Kedua: Maria dipanggil dari keluarga yang sederhana dan miskin. Karena kesederhanaan dan kemiskinan inilah maka ia dipilih dan diangkat menjadi Bunda Allah. Allah berkenan kepada orang yang sederhana dan miskin karena mereka selalu mengandalkan kekuatan Allah. Ketiga: Maria pasrah dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada kehendak Tuhan “terjadilah padaku menurut perkataanMu”. Hendaknya kita juga taat dan setia, hidup sederhana dan pasrah pada kehendak Allah sendiri.
Kita dipanggil dan dipilih oleh Allah untuk menghantar orang pada keselamatan. Tempat ini menjadi tempat yang sungguh istimewa untuk menghantar semua orang kepada keselamatan. Bunda Maria Annai Velangkani menjadi tempat ziarah yang cukup terkenal bukan hanya di Sumatera ini tetapi di Indonesia bahkan di luar negeri. Ketika ortuku datang ke sini untuk berdoa ia mengambil air dari tempat ini. Ia merasakan bahwa ada sesuatu kekuatan yang mengalir dari tempat ini untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Maka ketika aku pulang libur ia meminta lagi agar aku membawa air dari tempat ini. Inilah pengalaman peziarahan dari segelintir orang yang percaya akan penyelanggaraan Tuhan melalui Bunda Maria. Kita juga yang hadir di sini ingin merasakan mukjizat dari tempat ini maka percayalah Tuhan pasti akan mengabulkannya. amin
Maria merupakan manusia seperti kita. Ia mempunyai orangtua yang berasal dari kampung Nasasreth. Punya saudara dan hidupnya sangat sederhana dan sangat miskin. Dan ia juga taat pada agama leluhurnya yaitu agama Yahudi. Maria menjadi orang yang istimewa dihadapan Allah bukan karena ketenarannya, kedudukannya, pangkat yang disandangnya tetapi karena kesederhanaannya, ketatannya, kepasrahanya kepada kehendak dan penyertaan Allah sendiri.
Karena kesederhanaanya ini Bunda Maria dipilih Allah untuk menjadi ibu Putera Allah. Allah telah memilih sejak kekal seorang puteri Israel, seorang putri Yahudi yang berasal dari nasareth di Galilea, seorang perawan yang bertunangan dengan seorang Bernama Yusuf dari keluarga Daud. Panggilan Maria untuk menjadi Bunda Puteranya dikehendaki oleh Allah Bapa sendiri dan pilihan itu pasti dan tanpa ada keraguan dan kebimbangan di dalamnya, “tak ada yang mustahil bagi Allah”
Bila kita menelusuri sejarah keselamatan manusia, dalam perjanjian Lama panggilan maria sudah dipersiapkan oleh perutusan wanita-wanita saleh. Kendati ketidaktaatannya, sejak awal sudah dijanjikan kepada Hawa bahwa ia akan mendapat keturunan yang akan mengalahkan yang jahat dan akan menjadi ibu semua orang hidup. Berdasarkan janji ini, Sara istri Abraham mendapat seorang Putera kendati usianya sudah lanjut. Semua peristiwa ini sangat bertentangan dengan harapan, impian dan cita-cita manusiawi. Allah memilih apa yang bodoh, lemah, miskin dan sederhana bagi dunia supaya menunjukan bahwa ia setia pada janji-Nya misalnya hanna, Ibu Samuel, Debora, Rut, Yudit dan Ester demikian pula banyak wanita yang lain lagi. Akan tetapi Maria adalah “yang unggul ditengah umat Tuhan yang rendah dan miskin, yang penuh kepercayaan mendambakan serta menerima keselamatan dari Allah Bapa sendiri.
Maria dipanggil dan dipilih menjadi Bunda Penebus, “maka ia dianugerahi karunia-karunia yang layak untuk tugas yang luhur, agung dan mulia ini. Ketika malaikat gabriel menyampaikan kabar sukacita kepada Maria, ia menyapa Maria sebagai “penuh rahmat” supaya dapat memberikan persetujuan imannya kepada panggilannya, ia harus dipenuhi seluruhnya oleh rahmat Allah. Bunda Maria juga dikarunia cahaya kekudusan yang istimewa pada saat pertama ia membuahi Puteranya didalam rahimnya. Ia ditebus secara lebih unggul, lebih dari pribadi tercipta yang manapun. Bapa “memberkati Maria dengan segala berkat Roh-Nya oleh persekutuan dengan Kristus di dalam surga”. Allah telah memilih Maria sebelum dunia dijadikan, supaya ia kudus dan tidak bercacat dihadapanNya.
Atas pengumuman dan pemberitahuan bahwa maria, oleh Roh Kudus akan melahirkan, Putera Yang maha tinggi” tanpa melakukan hubungan suami istri, Maria dengan penuh iman menjawab, “Aku ini hamba Tuhan, jadilah padaku menurut perkataanmu”, dengan memberikan persetujuannya kepada Sabda Allah, Maria menjadi bunda Yesus. Dengan segenap hati dan budi, maria menerima kehendak Allah yang menyelamatkan, tanpa dihalangi satu dosapun, dan menyerahkan diri seluruhnya sebagai abdi Tuhan kepada pribadi dan karya putranya. Di bawah Dia dan bersama Dia, dengan rahmat Allah yang mahakuasa, ia melayani misteri penebusan.
Akhirnya seluruh perjalanan hidup Maria selalu didasari oleh mottonya yaitu, “terjadilah padaku menurut perkataan-mu”. Maria pasrah dan menyerahkan semuanya pada rencana Allah. Seluruh hidup maria, sejak berita malaikat itu, peristiwa kelahiran puteranya sampai kepada hari kelabu dibukit golgota, merupakan suatu perjalanan hidup yang panjang dan sering pahit, namun Maria hanya menyimpan semuanya itu di dalam hati sanubarinya.
Dari permenungan ini apa yang bisa kita ambil sebagai pegangan dalam perjalanan hidup kita setiap hari: Pertama: Maria taat dan setia pada panggilan dan pilihan Allah Bapa untuk menjadi bunda penebus umat manusia. Berkat kesetiaan dan ketaatannya Maria sanggup menjalankan tugas yang diserahkan Allah kepadanya dengan penuh tanggung jawab. Kedua: Maria dipanggil dari keluarga yang sederhana dan miskin. Karena kesederhanaan dan kemiskinan inilah maka ia dipilih dan diangkat menjadi Bunda Allah. Allah berkenan kepada orang yang sederhana dan miskin karena mereka selalu mengandalkan kekuatan Allah. Ketiga: Maria pasrah dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada kehendak Tuhan “terjadilah padaku menurut perkataanMu”. Hendaknya kita juga taat dan setia, hidup sederhana dan pasrah pada kehendak Allah sendiri.
Kita dipanggil dan dipilih oleh Allah untuk menghantar orang pada keselamatan. Tempat ini menjadi tempat yang sungguh istimewa untuk menghantar semua orang kepada keselamatan. Bunda Maria Annai Velangkani menjadi tempat ziarah yang cukup terkenal bukan hanya di Sumatera ini tetapi di Indonesia bahkan di luar negeri. Ketika ortuku datang ke sini untuk berdoa ia mengambil air dari tempat ini. Ia merasakan bahwa ada sesuatu kekuatan yang mengalir dari tempat ini untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Maka ketika aku pulang libur ia meminta lagi agar aku membawa air dari tempat ini. Inilah pengalaman peziarahan dari segelintir orang yang percaya akan penyelanggaraan Tuhan melalui Bunda Maria. Kita juga yang hadir di sini ingin merasakan mukjizat dari tempat ini maka percayalah Tuhan pasti akan mengabulkannya. amin
SALING MENGASIHI
Hari ini kita semua berkumpul dan berbahagia ditempat ini karena kedua saudara kita menerimakan sakramen perkawinan. Mereka ingin berjanji dihadapan Allah untuk membentuk sebuah rumah tangga/keluarga dihadapan imam dan para saksi yang hadir di tempat ini. Allah sendiri telah memanggil mereka untuk membentuk sebuah rumah tangga atau keluarga yang saling mengasihi, mencintai, keluarga yang sejahtera dan bahagia. Inilah cita-cita yang didambakan oleh setiap orang teristimewa oleh kedua pengantin yang berbahagia pada hari ini.
Dalam kisah penciptaan, Allah menciptakan segala sesuatu baik adanya dan Allah juga menciptakan manusia amat sangat baik. Itu berarti manusia berada di atas segala ciptaanan yang lain. Manusia mempunyai martabat, harkat, dan harga diri yang melebihi ciptaan lainnya. Karena itu manusia perlu saling menghargai, menghormati dan saling mengasihi. Untuk itulah Allah menciptakan manusia. Allah berfirman, “tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya yang sepadan dengan dia. Lalu Allah mengambil tulang rusuk dari manusia ini dan membangun serta membentuk manusia baru yang disebut hawa. Allah membawa perempuan ini kehadapan Adam dan berkata inilah tulang dari tulangku dan daging dari dagingku.
Mengapa perempuan ini dibentuk dan dibangun dari tulang rusuk dan bukan dari kepala, tangan atau kaki. Allah menciptakan manusia dari tulang rusuk agar mereka saling membantu dan menolong satu sama lain. Mereka juga diharapkan untuk saling menghargai dan menghormati satu sama lain terutama perbedaan-perbedaan yang ada dalam kehidupan bersama mereka. Dan yang paling utama adalah mereka harus saling melengkapi dan menyempurnakan satu samala lain
Saudara Edy dan Jenny kami tidak pernah menganjurkan kalian saling bertengkar, berkelahi, saling menendang atau saling menampar. Kami berharap agar kamu saling mengasihi mencintai serta saling menghargai satu sama lain. Dalam hidup berkeluarga pasti banyak suka dan duka yang kamu alami nantinya. Kamu akan menghadapi berbagai masalah misalnya masalah ekonomi yang tidak mencukupi, masalah pendidikan anak, masalah perbedaan suku, perbedaan watak dll. Masalah ini bisa menyebabkan ketegangan, perselisihan dan perkelahian dalam keluarga yang pada akhirnya mengarah kepada perceraian. Kita lihat situasi disekitar kita, terutama para artis belum satu tahun menikah langsung cerai.
Dalam Injil ditegaskan bahwa apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia. Sebab Allah sendiri telah mengikat, membentuk serta mempersatukan manusia menjadi satu daging. Manusia dipanggil untuk saling melengkapi, mengisi dan saling menyempurnakan satu sama lain. Dalam kitab PL Musa mengizinkan perceraian karena ketegaran hati manusia sendiri. Tetapi dalam Injilnya Yesus menegaskan bahwa apa yang dipersatukan Allah tidak boleh diceraikan oleh manusia.
Saudara Edy dan Jenny hari ini kamu mulai disebut seorang Bapa dan Mama sungguhan dan bukan lagi seorang pemuda dan pemudi. Kamu akan pelan-pelan meninggalkan orangtua kamu dan membentuk sebuah keluarga dan rumah tangga yang baru. Sebagai keluarga yang baru kamu mesti perlu saling mengasihi, mencintai dan saling menghargai satu sama lain. Karena itu ada beberapa pesan yang perlu saya sampaikan kepada kamu. Pertama: perkawinan merupakan panggilan Allah untuk membentuk sebuah rumah tangga atau keluarga yang sejahtera dan bahagia. Mengarah kepada kelahiran dan pendidikan anak. Karena itu, kita perlu memelihara perkawinan yang suci ini karena diretui oleh Allah sendiri. Kedua. Dalam hidup berkeluarga perlu saling berdialog atau berkomunikasi satu sama lain. Kalau ada hal yang penting menyangkut kehidupan bersama perlu dibicarakan secara bersama-sama. Ketiga: dalam keluargamu nanti pasti banyak masalah yang muncul. Masalah itu terkadang sulit diatasi dengan mengandalkan kekuatan kita sendiri. Karena itu doa dan penyerahan diri kepada Tuhan itu sangat penting. Sehingga keluargamu nanti menjadi keluarga yang sejahtera dan bahagia sampai ajal memisahkan kamu. Keempat: Sifat perkawinan itu adalah monogam dan tak terceraikan. Karena itu dalam hidup berkeluarga perlu saling mengasihi, mencintai dan menghormati satu sama lain
Akhirnya selamat berbahagia. semoga keluargamu menjadi keluarga yang patut dicontohi dan diteladani ditengah keluarga, temapt tinggal dan dimanapun kamu berada. Amin
Dalam kisah penciptaan, Allah menciptakan segala sesuatu baik adanya dan Allah juga menciptakan manusia amat sangat baik. Itu berarti manusia berada di atas segala ciptaanan yang lain. Manusia mempunyai martabat, harkat, dan harga diri yang melebihi ciptaan lainnya. Karena itu manusia perlu saling menghargai, menghormati dan saling mengasihi. Untuk itulah Allah menciptakan manusia. Allah berfirman, “tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya yang sepadan dengan dia. Lalu Allah mengambil tulang rusuk dari manusia ini dan membangun serta membentuk manusia baru yang disebut hawa. Allah membawa perempuan ini kehadapan Adam dan berkata inilah tulang dari tulangku dan daging dari dagingku.
Mengapa perempuan ini dibentuk dan dibangun dari tulang rusuk dan bukan dari kepala, tangan atau kaki. Allah menciptakan manusia dari tulang rusuk agar mereka saling membantu dan menolong satu sama lain. Mereka juga diharapkan untuk saling menghargai dan menghormati satu sama lain terutama perbedaan-perbedaan yang ada dalam kehidupan bersama mereka. Dan yang paling utama adalah mereka harus saling melengkapi dan menyempurnakan satu samala lain
Saudara Edy dan Jenny kami tidak pernah menganjurkan kalian saling bertengkar, berkelahi, saling menendang atau saling menampar. Kami berharap agar kamu saling mengasihi mencintai serta saling menghargai satu sama lain. Dalam hidup berkeluarga pasti banyak suka dan duka yang kamu alami nantinya. Kamu akan menghadapi berbagai masalah misalnya masalah ekonomi yang tidak mencukupi, masalah pendidikan anak, masalah perbedaan suku, perbedaan watak dll. Masalah ini bisa menyebabkan ketegangan, perselisihan dan perkelahian dalam keluarga yang pada akhirnya mengarah kepada perceraian. Kita lihat situasi disekitar kita, terutama para artis belum satu tahun menikah langsung cerai.
Dalam Injil ditegaskan bahwa apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia. Sebab Allah sendiri telah mengikat, membentuk serta mempersatukan manusia menjadi satu daging. Manusia dipanggil untuk saling melengkapi, mengisi dan saling menyempurnakan satu sama lain. Dalam kitab PL Musa mengizinkan perceraian karena ketegaran hati manusia sendiri. Tetapi dalam Injilnya Yesus menegaskan bahwa apa yang dipersatukan Allah tidak boleh diceraikan oleh manusia.
Saudara Edy dan Jenny hari ini kamu mulai disebut seorang Bapa dan Mama sungguhan dan bukan lagi seorang pemuda dan pemudi. Kamu akan pelan-pelan meninggalkan orangtua kamu dan membentuk sebuah keluarga dan rumah tangga yang baru. Sebagai keluarga yang baru kamu mesti perlu saling mengasihi, mencintai dan saling menghargai satu sama lain. Karena itu ada beberapa pesan yang perlu saya sampaikan kepada kamu. Pertama: perkawinan merupakan panggilan Allah untuk membentuk sebuah rumah tangga atau keluarga yang sejahtera dan bahagia. Mengarah kepada kelahiran dan pendidikan anak. Karena itu, kita perlu memelihara perkawinan yang suci ini karena diretui oleh Allah sendiri. Kedua. Dalam hidup berkeluarga perlu saling berdialog atau berkomunikasi satu sama lain. Kalau ada hal yang penting menyangkut kehidupan bersama perlu dibicarakan secara bersama-sama. Ketiga: dalam keluargamu nanti pasti banyak masalah yang muncul. Masalah itu terkadang sulit diatasi dengan mengandalkan kekuatan kita sendiri. Karena itu doa dan penyerahan diri kepada Tuhan itu sangat penting. Sehingga keluargamu nanti menjadi keluarga yang sejahtera dan bahagia sampai ajal memisahkan kamu. Keempat: Sifat perkawinan itu adalah monogam dan tak terceraikan. Karena itu dalam hidup berkeluarga perlu saling mengasihi, mencintai dan menghormati satu sama lain
Akhirnya selamat berbahagia. semoga keluargamu menjadi keluarga yang patut dicontohi dan diteladani ditengah keluarga, temapt tinggal dan dimanapun kamu berada. Amin
BERSIKAP ADIL
Dalam pergumulan dan perjalanan hidup ini kita sering mendengar atau bahkan kita pernah menuntut suatu keadilan. Keadilan menurut pemahaman kita adalah sama rata dan sama rasa. Orang lain tidak boleh melebihi diri saya baik dari segi kemampuan, kedudukan maupun harta kekayaan. Bila terjadi seperti ini maka akan muncul, iri hati, cemburu, ketidakpuasan, bahkan saling menjatuhkan satu sama lain dll. Ketika saya masih menjalankan proses pembinaan sebagai calon imam di sinaksak saya merasa iri, cemburu melihat kemampuan dan bakat yang dimiliki oleh teman-temanku. Misalnya dalam hal belajar: saya sudah berjam-jam belajar tetapi belum juga mengerti apa yang saya baca. Tetapi temanku hanya setengah jam bisa menguasai satu mata pelajaran. Dalam situasi seperti itu saya terkadang menuntut kepada Tuhan mengapa Tuhan tidak adil dalam hal penciptaan.
Dunia dewasa ini kita sering mendengar orang berdemonstrasi untuk menuntut keadilan misalnya: menuntut upah dinaikan, menuntut agar para koruptor dipenjarakan, menuntut bom bali dihukum mati dll. Tuntutan itu bertujuan agar semua orang merasakan keadilan, kedamaian, ketenangan, ketentaraman dan kesejahteraan. Akan tetapi terkadng tuntuttan itu sia-sia belaka karena orang bisa mempermainkan hukum. Hokum bisa diperjual-belikan demi suatu tujuan yang tidak halal. Orang yang kalah bisa menjadi menang dan orang menang bisa menjadi kalah. Itulah hokum di negeri kita.
Lalu bagaimanakah keadilan yang ditawarkan Allah kepada manusia? Dalam Injil Mat hari ini diceritakan bahwa pagi-pagi benar seorang pemilik kebun anggur menawarkan pekerjaan dengan upah sedinar sehari. Upah sedinar memamng lazim bagi pekerja harian waktu itu. Tentu saja para pencari kerja menerima upah yang diberikan majikannya. Sang empunya kebun itu kemudian juga mengajak orang yang belum mendapat pekerjaan pada pukul sembilan, duabelas, jam tiga bahkan sampai pukul lima sore. Hanya persoalannya begini. Tiap pekerja entah yang datang satu jam, sebelum tutup hari atau yang mulai pagi-pagi mendapat upah yang sama yaitu satu dinar. Maka yang datang pagi tidak puas kok upahnya sama dengan yang bekerja satu jam saja. Bagi pekerja yang masuk pagi merasa bahawa mereka tidak diperlakukan tidak adil.
Pemilik kebun menegaskan, bukannya ia berlaku adil. Kan tadi sudah saling sepakat mengenai upah sedinar. Ia merasa bebas dan merdeka untuk memberi upah sedinar juga kepada yang datang belakangan. Jawaban ini menukas rasa iri hati orang yang melihat bahwa Allah bermurah hati kepada orang lain. Sebenarnya kata-kata ini bukan hanya ditujukan kepada pekerja yang protes melainkan kepada siapa saja yang membaca dan mendengar perumpamaan ini.
Perumpamaan ini kerap menjadi sandungan bagi rasa keadilan baik pada zaman dahulu maupun sekarang. Tidak perlu kita poles permasalahannya. Justru perumpamaan ini dimaksud untuk membuat kita semakin mencermati anggapan kita sendiri mengenai keadilan. Kita diajak menyadari bahwa keadilan tak bisa ditafsirkan secara sepihak tanpa merugikan pihak lain. Dan pihak lain disini adalah orang-orang yang baru mendapat pekerjaan setelah hari hampir lewat. Para pekerja yang mendapat upah terlalu sedikit sisi yang lebih mendasar dari keadilan yakni kesempatan yang sama bagi semua orang untuk mendapat nafkah. Orang yang tak puas itu sebenarnya beruntung karena langsung mendapat pekerjaan tanpa perlu menunggu. Upah yang dijanjikan juga jelas dan wajar. Sudah terjamin. Tetapi ada banyak orang yang tak seberuntung mereka. Ada yang masih menganggur sampai siang dan bahkan sampai sore hari karena tak ada yang memberi pekerjaan. Dari mana mereka akan mendapat nafkah untuk hari itu? Apa mereka harus melewatkan malam hari dengan perut kosong? Tentu rasa keadilan akan muncul saat seperti ini.
Sering terdengar dalam hidup kita perkataan ini: urusan mereka sendirilah bila mereka tidak berhasil mendapat nafkah penyambung hidup. Tetapi hidup dalam kerajaan surga tidaklah demikian. Disitu tersedia kesempatan yang sama baiknya bagi siapa saja. Inilah yang dalam perumpamaan tadi digambarkan dengan tindakan pemilik kebun anggur. Ia keluar menawarkan pekerjaan bagi mereka yang kedapatan masih menganggur pada jam sembilan, tengah hari, jam tiga sore, dan bahkan sejam sebelum waktu kerja usai. Mereka yang menunggu rejeki tidak ditinggalkan sendirian. Inilah keadilan yang diberlakukan dalam Kerajaan surga.
Dengan perumpamaan ini Yesus mengajak kita untuk menyadari bahwa Kerajaan Surga itu berkembang karena kemurahan dan kebaikan hati Allah dan bukan dengan prinsip ganjaran bagi perbuatan di bumi. Allah sungguh bermurah hati sehingga tak seorangpun mengetahui rancangan dan rencana Allah dalam diri dan hidup manusia. Sebagaimana dikatakan dalam bacaan pertama rancanganku bukanlah rancanganmu Pahala yang kita peroleh merupakan berkat kasih karunia Allah semata-mata dan bukan karena jasa-jasa kita.
Dihadapan Allah, kita tak perlu membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain, baik dari segi kemampuan, kedudukan, harta kekayaan dll. Kita juga tak usah iri hati bila kita melihat Tuhan baik dan murah hati terhadap orang lain. Sikap kita dihadapan Allah ialah sikap syukur dan trima kasih serta menerima segala kebaikan Tuhan dengan tangan terbuka sambil kita sendiri juga bermurah hati terhadap orang lain.
Dunia dewasa ini kita sering mendengar orang berdemonstrasi untuk menuntut keadilan misalnya: menuntut upah dinaikan, menuntut agar para koruptor dipenjarakan, menuntut bom bali dihukum mati dll. Tuntutan itu bertujuan agar semua orang merasakan keadilan, kedamaian, ketenangan, ketentaraman dan kesejahteraan. Akan tetapi terkadng tuntuttan itu sia-sia belaka karena orang bisa mempermainkan hukum. Hokum bisa diperjual-belikan demi suatu tujuan yang tidak halal. Orang yang kalah bisa menjadi menang dan orang menang bisa menjadi kalah. Itulah hokum di negeri kita.
Lalu bagaimanakah keadilan yang ditawarkan Allah kepada manusia? Dalam Injil Mat hari ini diceritakan bahwa pagi-pagi benar seorang pemilik kebun anggur menawarkan pekerjaan dengan upah sedinar sehari. Upah sedinar memamng lazim bagi pekerja harian waktu itu. Tentu saja para pencari kerja menerima upah yang diberikan majikannya. Sang empunya kebun itu kemudian juga mengajak orang yang belum mendapat pekerjaan pada pukul sembilan, duabelas, jam tiga bahkan sampai pukul lima sore. Hanya persoalannya begini. Tiap pekerja entah yang datang satu jam, sebelum tutup hari atau yang mulai pagi-pagi mendapat upah yang sama yaitu satu dinar. Maka yang datang pagi tidak puas kok upahnya sama dengan yang bekerja satu jam saja. Bagi pekerja yang masuk pagi merasa bahawa mereka tidak diperlakukan tidak adil.
Pemilik kebun menegaskan, bukannya ia berlaku adil. Kan tadi sudah saling sepakat mengenai upah sedinar. Ia merasa bebas dan merdeka untuk memberi upah sedinar juga kepada yang datang belakangan. Jawaban ini menukas rasa iri hati orang yang melihat bahwa Allah bermurah hati kepada orang lain. Sebenarnya kata-kata ini bukan hanya ditujukan kepada pekerja yang protes melainkan kepada siapa saja yang membaca dan mendengar perumpamaan ini.
Perumpamaan ini kerap menjadi sandungan bagi rasa keadilan baik pada zaman dahulu maupun sekarang. Tidak perlu kita poles permasalahannya. Justru perumpamaan ini dimaksud untuk membuat kita semakin mencermati anggapan kita sendiri mengenai keadilan. Kita diajak menyadari bahwa keadilan tak bisa ditafsirkan secara sepihak tanpa merugikan pihak lain. Dan pihak lain disini adalah orang-orang yang baru mendapat pekerjaan setelah hari hampir lewat. Para pekerja yang mendapat upah terlalu sedikit sisi yang lebih mendasar dari keadilan yakni kesempatan yang sama bagi semua orang untuk mendapat nafkah. Orang yang tak puas itu sebenarnya beruntung karena langsung mendapat pekerjaan tanpa perlu menunggu. Upah yang dijanjikan juga jelas dan wajar. Sudah terjamin. Tetapi ada banyak orang yang tak seberuntung mereka. Ada yang masih menganggur sampai siang dan bahkan sampai sore hari karena tak ada yang memberi pekerjaan. Dari mana mereka akan mendapat nafkah untuk hari itu? Apa mereka harus melewatkan malam hari dengan perut kosong? Tentu rasa keadilan akan muncul saat seperti ini.
Sering terdengar dalam hidup kita perkataan ini: urusan mereka sendirilah bila mereka tidak berhasil mendapat nafkah penyambung hidup. Tetapi hidup dalam kerajaan surga tidaklah demikian. Disitu tersedia kesempatan yang sama baiknya bagi siapa saja. Inilah yang dalam perumpamaan tadi digambarkan dengan tindakan pemilik kebun anggur. Ia keluar menawarkan pekerjaan bagi mereka yang kedapatan masih menganggur pada jam sembilan, tengah hari, jam tiga sore, dan bahkan sejam sebelum waktu kerja usai. Mereka yang menunggu rejeki tidak ditinggalkan sendirian. Inilah keadilan yang diberlakukan dalam Kerajaan surga.
Dengan perumpamaan ini Yesus mengajak kita untuk menyadari bahwa Kerajaan Surga itu berkembang karena kemurahan dan kebaikan hati Allah dan bukan dengan prinsip ganjaran bagi perbuatan di bumi. Allah sungguh bermurah hati sehingga tak seorangpun mengetahui rancangan dan rencana Allah dalam diri dan hidup manusia. Sebagaimana dikatakan dalam bacaan pertama rancanganku bukanlah rancanganmu Pahala yang kita peroleh merupakan berkat kasih karunia Allah semata-mata dan bukan karena jasa-jasa kita.
Dihadapan Allah, kita tak perlu membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain, baik dari segi kemampuan, kedudukan, harta kekayaan dll. Kita juga tak usah iri hati bila kita melihat Tuhan baik dan murah hati terhadap orang lain. Sikap kita dihadapan Allah ialah sikap syukur dan trima kasih serta menerima segala kebaikan Tuhan dengan tangan terbuka sambil kita sendiri juga bermurah hati terhadap orang lain.
Langganan:
Postingan (Atom)